RAKYATACEH | BIREUEN – Pemuda inspiratif asal Gampong Desa Bireuen Meunasah Dayah, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen, Ardian, sukses mendirikan perusahaan kontruksi lapangan olahraga.
Kini, Ardian menjadi salah satu pengusaha ternama yang bergerak di bidang konstruksi mini soccer sekaligus importir rumput sintetis dan padel pertama di Aceh, dan juga sudah memiliki perusahaan sendiri yang diberi nama, CV ARDIAN FLOORING SPORT dan PT ARAS INDO GROUP.
Namun, dibalik kesuksesan yang diraihnya saat ini, Ardian pernah mengalami kisah pahit di masa silam saat merintis karir, mulai dari ditipu, diragukan, hingga difitnah antar sesama pengusaha.
Mengilas balik perjuangannya, kepada Rakyat Aceh, Kamis (2/10) Ardian mengaku, usaha yang digeluti saat ini berawal dari keterbiasaannya bekerja paruh waktu sebagai penjaga dan tukang sapu di salah satu lapangan futsal di Bireuen semenjak menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 2008 silam.
“Saya sudah sangat lama menghafal tentang rumput sintetis semenjak SMP, jadi buka suatu masalah bagi saya tentang jenis dan kualitas rumput, insha Allah saya hafal benar,” ujar Ardian kepada media ini saat disambangi ke kediamannya.
Ia mulai mengisahkan, tepatnya pada tahun 2020 pasca Covid-19, lapangan futsal yang dikelolanya mengalami regenerasi pergantian rumput, dari rumput lama ke yang baru.
Pada saat itu, pemilik lapangan futsal yang dijaga oleh Ardian, membeli rumput melalui salah satu agent berasal dari Jakarta, yang dikenal melalui media sosial (medsos) Facebook.
Dengan spesifikasi yang telah disepakati kedua belah pihak, tercapailah hasil negosiasi tanpa didasari saling kenal satu sama lain. Saking percayanya, pemilik lapangan yang dijaga Ardian, langsung mengirimkan uang kepada agent tersebut.
Namun naas, rumput pesanan pemilik lapangan futsal yang dijaga Ardian, dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati. Pihaknya ditipu dengan kualitas rumput yang diterima.
Tak pikir panjang, dengan modal nekat, Ardian langsung ke Jakarta mencari pabrik atau agent tersebut. Namun, sesampainya disana, pabrik dan agent tersebut tidak ditemukan. Padahal, sudah dicari sesuai alamat yang tertera saat jual beli rumput lapangan. Parahnya lagi, nomor Hp juga tidak aktif dan sudah terblokir.
“Saya selaku seorang yang optimis, tidak hanya tinggal diam dan tentunya saya berusaha mencari di seputaran Jakarta dan sekitarnya, namun tetap tak ditemukan. Di hari kedua pencarian, saya mampir ke gudang-gudang yang menampung rumput yang telah tiba dari pengimporan Cina, yang berlokasi di seputaran Jakarta. Saya izin untuk melihat dan bertanya tentang spesifikasi rumput, vinyl, interlok, jaring, dan lain-lain,” cerita Ardian.
Takdir berkata lain, dibalik musibah pasti ada hikmahnya. Ardian yang sudah lama mempelajari tentang rumput sintetis, bertemu salah seorang pengusaha bidang kontruksi lapangan. Ia belajar banyak darinya tentang rumput dan kebutuhan lapangan olahraga.
“Saat itu, saya sering berkomunikasi dengan pengusaha tersebut tentang lapangan mini soccer. Saya juga menyempatkan diri turun ke lapangan untuk melihat pekerjaan yang sedang dikerjakannya di pulau Jawa dan Kota Medan, untuk branding sekaligus belajar tentang mini soccer,” kata Ardian.
Ia mengaku, di Aceh saat itu belum ada satupun lapangan mini soccer, dan ia berinisiatif membawa pulang ide pembuatan lapangan mini soccer pertama di Aceh. Namun, ide dan gagasan Ardian tersebut, sering mendapat respon negatif saat mempostingnya di media sosial (medsos). Bahkan, dirinya dicemooh dikatakan bodoh, gila, dan lain-lain. Karena menurut netizen di Aceh, tidak mungkin mini soccer bisa dibuat.
Tapi, dengan semangat yang menggebu-gebu, Ardian tetap optimis pada pendiriannya yang ingin membawa pulang atau pelopor mini soccer pertama di Aceh. Tiga tahun lamanya, sejak 2020 hingga 2023, usaha dirinya melakukan edukasi pembuatan mini soccer di Aceh, sia-sia tanpa satupun yang tertarik untuk membangunnya.
Walaupun sudah tiga tahun tak membuahkan hasil, dirinya tetap optimis dan konsisten memposting di media sosial tentang pembuatan mini soccer. Hingga akhirnya, ada yang berminat menggunakan jasanya dari Pulau Jawa dan Kalimatan. Namun, karena modal pas-pasan, dirinya terpaksa menolak tawaran dari luar Aceh.
“Tepatnya di tahun 2023, saya mendapatkan info bahwa di Aceh akan dibangun mini soccer pertama oleh salah seorang pengusaha, dan saya langsung mencari informasi tentang lokasi lapangan yang akan dibangun mini soccer dan siapa ownernya, dengan tujuan ingin menawarkan rumput lapangan dan jasa saya dalam pembangunannya. Saat itu, saya berhasil mendapatkan nomor Hp ownernya. Namun, saat mempresentasikannya dan mencoba menawar jasa, saya hanya dianggap pecundang dan ditolak mentah-mentah oleh owner tersebut,” pungkas Ardian dengan nada sedih.
Walaupun demikian, dirinya tak pantang menyerah. Ia berangkat ke Kota Medan dengan modal seadanya setiap hari Sabtu dan Minggu, hanya untuk belajar teknik kontruksi dan rumput mini soccer. Pada saat itu, kebetulan orang yang mengajari Ardian, sedang membanguna lapangan mini soccer di Medan. Jadi, Ardian terbantu untuk belajar secara langsung ke lapangan.
“Setelah itu, alhmdulillah, Allah mengabulkan permintaan saya menjadi seorang pengusaha kontruksi lapangan olahraga. Saya mendapat telepon dari salah seorang owner yang berda di salah satu kabupaten Provinsi Aceh untuk membagun lapangan. Dengan senang hati, saya merespon konsultasinya dan menjelaskan sedetail mungkin dari A sampai Z, sehingga terjadilah satu kesepakatan dan deal,” sebut Ardian.
Tanpa basa basi lagi, Ardian bersama owner tersebut, sudah intens berkomunikasi. Dirinya juga sudah menyampaikan semua ide, spesifikasi, cara, dan kebutuhan lainnya. Namun, kesekian kalinya, Ardian ditipu kembali dan ditinggal secara tidak hormat.
“Mereka mengambil ide saya untuk membangun lapangan sendiri. Mungkin saya kurang peka dan polos pada saat itu, sehingga kembali gagal,” terang Ardian.
Setahun setelah kembali ditipu, tepatnya pada 2024, Ardian mendapat panggilan dari salah satu owner di Aceh yang ingin membuat mini soccer. Dari situlah, rumput yang dijual Ardian laku perdana.
“Setelah pengerjaan lapangan mini soccer di salah satu kota di Aceh tersebut, saya mulai mendapat proyek dari berbagai daerah di Provinsi Aceh dan luar daerah, mulai dari Meulaboh, Kalimantan Barat, Jawa Timur, Bengkulu, Riau, Pekanbaru, dan Kota Medan. Alhamdulillah, dari hasil usaha yang begitu panjang, sekarang kami mendominasi pasar pengerjaan mini soccer di Indonesia,” ujar Ardian.
Di tahun 2024 pula, ia berhasil mendirikan perusahaan sendiri yang diberi nama CV ARDIAN FLOORING SPORT dan PT ARAS INDO GROUP, salah satu kontruksi mini soccer sekaligus importir rumput sintitis pertama di Aceh.
“Saat ini, saya rutin sebulan sekali ke Cina untuk mengimpor rumput langsung. Saya berkomitmen membantu pemanfaatan lahan dan dana owner semaksimal mungkin. Saya hanya tidak ingin orang di Indonesia, khususnya di Aceh, ditipu dengan harga selangit untuk satu pengerjaan mini soccer,” tegas Ardian.
Ia berani menerima proyek termurah dan terjangkau di seluruh Indonesia, untuk pengerjaan mini soccer yang amanah, bergaransi, serta berkualitas di seluruh Indonesia. (akh)