25 Ton Sebulan Ikan Teri Lhokseumawe, dikirim ke Medan dan Padang

RAKYAT ACEH | LHOKSEUMAWE : Sebulan, sebanyak 25 ton ikan teri kering asal Lhokseumawe, dikirim ke Medan, Sumatera Utara, hingga tembus Provinsi Sumatera Barat, Padang.

“Jumlah ini bisa lebih. Semua tergantung musim. Tapi kalau diambil rata-rata per bulan untuk wilayah Pusong ada 15 ton dan Hagu kurang lebih 10 ton,” kata Noviyanti Rahmi, ST, M.Si, Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Pangan (DKPPP) Kota Lhokseumawe, kepada Rakyat Aceh, Kamis (3/7).
Menurut Novi, sedangkan nelayan pengrajin jemur ikan teri yang ada di Gampong Ulee Jalan, sementara masih untuk konsumsi dalam Kota Lhokseumawe.

“Data yang diperoleh ini, Cuma kelompok binaan DKPPP. Dan, masih ada juga beberapa kelompok yang belum terdaftar dalam binaan DKPPPP,” ungkapnya.

Sementara itu,salah seorang penjemur ikan teri yang dijumpai, Kamis siang disela-sela memilah kepala ikan teri untuk dibuang menyebutkan, ikan teri kering tersebut dibawa ke Medan, Sumatera Utara dan sampai ke Padang.

“Ikan Teri ini harus bersih. Enggak ada kepala ikan teri,” kata dua pengrajin jemur ikan yang enggan disebutkan namanya.

Minim Olahan Hasil Laut Wali Kota Lhokseumawe, Dr Sayuti Abubakar menegaskan bahwa saat ini masih sangat minim produk olahan hasil laut, khususnya ikan teri, yang berasal dari Lhokseumawe.

“Sebagai daerah maritim, potensi kita besar. Tapi produk olahan yang beredar di pasaran masih sangat terbatas. Ini menjadi tantangan bersama. Saya sering menemukan bahwa hasil laut dari Lhokseumawe, seperti ikan teri, justru dibawa keluar daerah, lalu diolah dan dikemas oleh daerah lain,” kata Sayuti saat menutup secara resmi pelatihan peningkatan mutu hasil olahan ikan, pengemasan, dan digital marketing bagi pelaku usaha ikan teri, di Gedung Tgk M Hasbi As-Shidieqi, Lhokseumawe, Rabu (2/7).

READ  Investasi Migas, Wali Kota Lhokseumawe Bersama Dirut PTPL Jumpai Investor 

Menurutnya, ada tiga hal penting yang harus kita lakukan bersama: pertama, pengolahan bahan yang higienis agar aman dikonsumsi; kedua, pengemasan yang menarik agar produk lebih bernilai; dan ketiga, pemasaran yang efektif, terutama melalui platform digital yang kini menjadi pasar utama. (ung)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *