“Lhokseumawe Perkuat Ketahanan Ekonomi” Inovasi Digital dan Kolaborasi Jadi Senjata Atasi Inflasi

Laporan: Armiadi- Rakyat Aceh

RAKYAT ACEH | LHOKSEUMAWE – Di tengah tekanan ekonomi nasional dan lonjakan harga saat hari besar keagamaan, Kota Lhokseumawe menunjukkan langkah nyata sebagai daerah yang tangguh dan adaptif dalam menjaga stabilitas harga. Melalui terobosan digital dan sinergi lintas sektor, Pemerintah Kota Lhokseumawe memperkenalkan strategi pengendalian inflasi yang responsif, terukur, dan berpihak pada rakyat.

Wali Kota Lhokseumawe, Dr. Sayuti Abubakar, SH., MH., menegaskan bahwa inflasi bukan hanya urusan angka statistik, tetapi menyangkut ketenangan sosial dan kesejahteraan masyarakat.

“Kami ingin membuktikan bahwa inflasi dapat dikendalikan tanpa membebani rakyat, melalui kebijakan yang presisi, digitalisasi data, dan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat,” ujar Sayuti dalam Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lhokseumawe pada Kamis, 21 Agustus 2025.

Transformasi Digital Jadi Andalan Atasi Gejolak Harga

Menghadapi potensi lonjakan harga saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Pemerintah Kota Lhokseumawe mengoptimalkan teknologi digital dalam pemantauan harga, penguatan logistik, dan edukasi konsumen.

Sistem pemantauan harga real time menjadi fondasi utama dalam membaca dinamika pasar. Teknologi ini memungkinkan pemerintah merespons cepat fluktuasi harga, sekaligus mendorong transparansi dan akuntabilitas kebijakan publik.

Data Bicara: Inflasi Ancaman Nyata, Respons Harus Nyata

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan (YoY) Lhokseumawe per Juli 2025 tercatat 3,73%, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 109,13 — tertinggi kedua di Aceh setelah Meulaboh (3,82%) dan jauh di atas Banda Aceh (1,97%).

“Hari-hari besar keagamaan selalu menjadi titik rawan inflasi. Jika tidak dikelola, dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat lapisan bawah,” kata Wali Kota Sayuti.

Empat Tantangan, Lima Solusi Konkret

READ  Samsat Lhokseumawe Ajak Warga Bayar Pajak Tanpa Calo, Hadirkan Layanan Jemput Bola

Pemerintah Kota Lhokseumawe bersama TPID mengidentifikasi empat tantangan utama pengendalian inflasi:

  1. Ketersediaan pasokan pangan.
  2. Hambatan distribusi dan logistik.
  3. Spekulasi harga dan
  4. permainan pasar.Perilaku konsumtif dan panic buying menjelang hari besar.

Sebagai respons, lima strategi utama diluncurkan:

  1. Menjamin stok pangan hingga pasca-Maulid. Memperkuat koordinasi lintas sektor, termasuk TNI/Polri dan pelaku usaha.
  2. Menggelar pasar murah di titik-titik strategis.
  3. Mengaktifkan sistem pengawasan harga digital dan terintegrasi.
  4. Mengedukasi masyarakat untuk belanja bijak dan tidak berlebihan.
  5. Membangun Ekosistem Ekonomi yang Tangguh.

Upaya ini merupakan bagian dari visi Lhokseumawe untuk menjadi kota ekonomi yang tangguh, tidak hanya dalam menghadapi gejolak jangka pendek, tetapi juga dalam membangun fondasi ekonomi jangka panjang yang inklusif dan berkelanjutan.

“Kuncinya adalah kolaborasi. Jika semua pihak, pemerintah, pelaku pasar, dan masyarakat bergerak bersama, maka inflasi bisa ditekan dan Maulid bisa dirayakan dengan damai, penuh keberkahan, tanpa beban harga,” pungkas Dr. Sayuti.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *