Libur Akhir Pekan Ke Tanah Gayo, Wisatawan Minati Markisa

RAKYAT ACEH | LHOKSEUMAWE  : Ribuan wisatawan local dan antar provinsi kunjungi dataran tinggi Gayo, Takengon, menyusul libur panjang sejak Jum’at lalu. Sepulang dari kota dingin dengan keindahan Danau Lut Tawar, wisatawan membeli buah markisah sebagai oleh-oleh buat kerabat, Minggu (7/9).

Buah markisah dengan mudah ditemui di sisi jalan lintas KKA-Bener Meriah. Terutama memasuki Kecamatan Buntul. Petani kebun setempat mengaku markisah lagi panen besar, sebelum buah idaman warga setempat, kopi panen.

“Saat ini memang lagi banyak buah markisah. Kita juga beli dari beberapa petani. Sekarang saya jual Rp 20 ribu sekilo,” kata Inen Nuri menjawab Rakyat Aceh, petang.

Sebagai penjual ditepi jalan lintasan, tambah dia, warga suka membeli markisah. Paling tidak mereka memesan 2 kg, selain membawa juga sayur pucuk labu jipang. “ Ini harga sudah pas. Saya juga menerima dari petani setempat cuma ada untuk 2 ribu saja,” ujarnya.

Sementara itu, Lukman warga Lhoksukon, Aceh Utara, yang bermalam di dataran tinggi gayo, khususnya di tepi danau mengaku berangkat sejak Jum’at sore lalu. “Ini markisa juga pesanan saudara yang belum sempat ikut ke Takengon,” jawabnya seraya menunjuk istrinya lagi sibuk membeli sayur pucuk jipang dan wortel.

Lalu, wisatawan daerah dari Medan, Sumatera Utara, juga menyebutkan sangat senang ke Takengon. Dimas yang datang bersama keluarga menginap di tenda yang berjejer di pinggiran danau seluas sekira 5.473 hektar dengan panjang mencapai 17 km dan lebar 3.200 hektar itu

“Udara sangat segar. Biaya nginap di daerah wisata juga murah dan warga cukup ramah kepada pendatang,” kata Dimas.

Rencana kedepan, ia pun akan mengajak koleganya untuk berlibur ke Takengon menikmati danau Lut Tawar. “Bila ada libur panjang lagi, saya berencana akan datang sama teman kerja lagi. Ya, kita lihatlah bila ada hari libur lagi,” katanya sambil membeli buah pokat dan markisah.

READ  Lhokseumawe Nihil Kecelakaan Selama Operasi Patuh Seulawah 2025

Disinggung kenapa tidak main ke Berastagi atau Prapat. Dimas dan diamini istrinya menyebutkan selain sudah bosan, juga jalan kerab macet. “Kita cari suasana baru yang memang belum pernah kita datangi,” pungkasnya. (ung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *