Sinergi BI dan TPID Lhokseumawe Kendalikan Inflasi dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah

RAKYAT ACEH | LHOKSEUMAWE – Bank Indonesia (BI) Lhokseumawe bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus memperkuat sinergi dalam menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi di Kota Lhokseumawe, khususnya menjelang dan selama peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Langkah ini merupakan tindak lanjut dari High Level Meeting (HLM) TPID yang digelar pada akhir Agustus di Kantor Perwakilan BI Lhokseumawe. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Wali Kota Lhokseumawe, unsur Forkopimda, dan seluruh anggota TPID.

Berbagai aksi konkret telah dilakukan, mulai dari pelaksanaan pasar murah sebanyak 11 kali selama periode 26 Agustus hingga 4 September, termasuk pasar tani pada 3 September dan pasar murah beras pada 18 September. Selain itu, operasi pasar (sidak) juga dilaksanakan guna memastikan keterjangkauan harga dan ketersediaan pasokan di masyarakat.

TPID bersama Bulog juga aktif dalam menyalurkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) guna menjaga kecukupan pasokan beras. Upaya kerja sama antardaerah (KAD) turut dijajaki untuk memastikan kelancaran distribusi dan ketersediaan komoditas pangan strategis.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan (year-on-year/yoy) di Kota Lhokseumawe pada Agustus 2025 tercatat sebesar 4,32%. Komoditas utama penyumbang inflasi antara lain bawang merah, daging ayam ras, beras, cabai merah, dan ikan bandeng. Kenaikan harga tersebut dipicu oleh meningkatnya permintaan, biaya produksi yang tinggi, serta faktor musiman seperti peringatan Maulid.

Kepala Perwakilan BI Lhokseumawe, Prabu Dewanto, menyampaikan bahwa pengendalian inflasi akan terus diperkuat melalui strategi 4K, yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif.

“Seluruh strategi pengendalian inflasi ini hanya akan optimal bila dilakukan dengan sinergi seluruh anggota TPID serta dukungan aktif dari masyarakat,” ujar Prabu, Senin kemarin, dalam pertemuan bersama awak media.

READ  Aceh Ekspor Terbesar 12.000 MT CPO ke India Lewat Pelabuhan Krueng Geukueh

Selain fokus pada stabilitas harga, BI Lhokseumawe juga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui pengembangan sektor UMKM. Saat ini terdapat 27 UMKM binaan yang secara rutin mendapat pelatihan dan pendampingan, serta dilibatkan dalam kurasi nasional dan berbagai ajang pameran sebagai upaya promosi dan perluasan akses pasar, baik nasional maupun internasional.

Tak hanya itu, pengembangan ekonomi syariah juga menjadi prioritas. BI Lhokseumawe memberikan dukungan pelatihan kepada pondok pesantren, penguatan literasi keuangan syariah, serta pengembangan Zona Kuliner Halal, Aman, dan Sehat (KHAS). Sertifikasi halal produk makanan dan pelatihan juru sembelih halal juga dilakukan guna memperkuat ekosistem ekonomi syariah di daerah ini.

Dalam mendukung transformasi digital, BI Lhokseumawe mencatat peningkatan signifikan penggunaan QRIS. Hingga Juli 2025, terdapat lebih dari 89 ribu merchant yang menggunakan QRIS, dengan total volume transaksi mencapai 5,53 juta dan nilai transaksi menembus Rp567,8 miliar.

Salah satu inisiatif strategis yang diluncurkan adalah program piloting QRIS Dinamis PBB 2.0, hasil kolaborasi dengan Pemerintah Kota Lhokseumawe, sebagai langkah percepatan digitalisasi transaksi pemerintah dan masyarakat.

Dengan sinergi berbagai pihak dan langkah strategis berkelanjutan, BI Lhokseumawe bersama TPID optimistis dapat menjaga inflasi tetap terkendali sekaligus memperkuat pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan di wilayah Lhokseumawe.(arm/ard)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *