Meracik Kopi dalam Seni dan Budaya di Seladang Kopi

Oleh Dr Angga Eka Karina MSn (Ketua Jurusan Seni Pertunjukan ISBI Aceh)

BENER MERIAH kembali menunjukkan pesonanya, bukan hanya melalui kesejukan alam dan aroma kopinya yang mendunia, tetapi juga lewat semangat masyarakatnya dalam merawat dan mengembangkan seni budaya.

Kolaborasi antara ISBI Aceh, para seniman, dan siswa sekolah di Bener Meriah dalam sebuah pertunjukan seni di Seuladang Kopi menjadi bukti nyata bahwa pelestarian budaya tidak pernah kehilangan relevansi.

Acara yang digelar dalam suasana kehangatan yang tetap tampak terasa sejuk disambut antusias oleh berbagai kalangan. Kepala Cabang Dinas (Kacabdin) Bener Meriah dan Asisten Satu Bener Meriah memberikan sinyal kuat bahwa pemerintah daerah tidak hanya hadir secara simbolis, tetapi juga berkomitmen dalam mendorong generasi muda untuk terlibat aktif dalam seni budaya. Rekomendasi dan dukungan yang diberikan kepada siswa berbakat untuk melanjutkan studi di ISBI Aceh menjadi langkah strategis yang patut diapresiasi.

Rektor ISBI Aceh juga menyinggung wacana “kampung budaya” di Bener Meriah memberi harapan baru yang konkret dalam seni dan budaya. Ini bukan sekadar rencana, tetapi sebuah investasi kultural yang mampu memberikan keuntungan jangka panjang, baik dari sisi ekonomi kreatif maupun dari penguatan identitas lokal. Sebuah kampung budaya di daerah penghasil kopi ini berpotensi menjadi daya tarik wisata yang memadukan edukasi, tradisi, dan pengalaman artistik yang khas.

Penulis meyakini kolaborasi semacam ini adalah fondasi penting dalam membangun masa depan seni Aceh. Kolaborasi lintas generasi dan lintas institusi dapat menjadi ruang dialog yang membebaskan dan memberdayakan, sekaligus menjadi jawaban atas tantangan globalisasi yang perlahan mengikis akar budaya lokal.

Melalui pertunjukan seni yang melibatkan siswa, seniman, dan akademisi, kita tidak hanya menampilkan keindahan estetika, tetapi juga sedang merajut benang merah yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan budaya Aceh. Di tengah hangatnya kopi yang tersaji, sebuah gerakan budaya sedang diseduh: gerakan yang membuktikan bahwa seni bukanlah aktivitas pinggiran, melainkan denyut nadi yang menghidupkan peradaban. (ra)

READ  Saat Bepe Kehilangan Medali Juara Piala Presiden

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *